Hama Tanaman Kubis


Tanaman kubis mempunyai jenis cukup banyak, varietas kubis hingga mencapai ratusan yang dibudidayakan secara intensif dan komersial, serta mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dipasaran diantaranya adalah:

  1. Kubis Putih (Brassica oleraceae var capitata L.f alba DC). Kubis putih dibagi menjadi tiga golongan yaitu: kubis kepala bulat, kubis kepala bulat datar dan kubis kepala bulat runcing.
  2. Kubis Merah (Brassica oleracea L.var capitata.f.rubra).
  3. Kubis Savoy (Brassica oleracea L.var sabauda L).
Tanaman kubis banyak diserang oleh hama-hama berikut ini: 
1. Ulat Daun Kubis (Plutella maculipennis Curt sinonim Plutella xylostella)
Bisa disebut juga larva kupu-kupu punggung berlian. Nama-nama lain: ulat atau hileud keremeng, ama bodas, ama karancang (Sunda), kupu klawu, omo kaper (Jawa), atau umumnya disebut ulat tririp (Plutella xylostella L.). Ulat ini termasuk famili Plutellidae dan ordo Lepidoptera. Larva Plutella xylostella memiliki tipe alat mulut penggigit. Tanaman inangnya adalah tanaman Kubis Bunga, Lobak, Selada Air, Kolrabi, Kubis, dan Kailan. Termasuk ke dalam hama migran. Ciri-ciri dan biologi hama:
a. Ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil, panjangnya 1,25cm, berwarna coklat-kelabu, memiliki 3 buah titik kuning pada sayap depannya.
b. Telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6x0,3mm, berwarna kuning, diletakan secara tunggal atau berkelompok di bawah permukaan daun kubis.
c. Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, ukuran paling besar panjangnya 8-10mm, lebar 1-1,5mm, berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh menjatuhkan diri.
d. Daur hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu mulai dari telur hingga menjadi serangga dewasa.

Cara atau media penyebarannya:
a. Ngengat (kupu-kupu) Plutella aktif pada malam hari, dapat berpindah-pindah dari suatu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin.
b. Sisa-sisa tanaman ataupun hasil tanaman kubis yang mengandung telur maupun ngengat Plutella dapat menjadi media penyebaran antar-daerah melalui siklus perdagangan.

Alternatif pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:
a. Non Kimiawi, dapat dilakukan dengan cara:
- Kultur teknik, misalnya melakukan pergiliran (rotasi) tanaman yang buka famili Crucifera (Brassicaceae), tumpangsari tanaman kubis dengan tomat, bawang daun dan jagung, serta penanaman tanaman perangkap (trap-crop) seperti Rape ataupun Mustard di sekeliling kebun kubis.
- Hayati (biologi) dengan melepas predator atau parasitoid Cotesia plutella Kurdj, Diadegma eucerophaga, dan D. semiclausum.\
b. Kimiawi, dengan menggunakan:
- Perangkap ngengat berupa Sex pheromone sintetis (buatan) yang disebut “Ugratas Ungu”, dipasang di sekitar kebun kubis. Cara ini sangat efektif sebagai perangkap ngengat jantan dewasa pada malam hari. Pemasangannya dalam botol bekas Aqua volume 500-1.000cc. tiap hektar kebun kubis diperlukan 5-10 buah perangkap Ugratas Ungu yang mempunyai daya tahan ±3 minggu.
- Insektisida selektif berbahan aktif Baccillus thuringiensis seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC, Thuricide HP (0,1-0,2%) ataupun Agrimec 18 EC.

2. Ulat Krop (Crocidolomia binotalis Zeller) 
Nama-nama lain atau penyebabnya: dikenal dengan sebutan hileud bocok (Sunda) atau nama umunya adalah ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zeller). Hama ulat ini termasuk famili Pyralidae, ordo Lepidoptera. Tipe mulut hama ini pada saat larva adalah menggigit-mengunyah. Menyeranga tanaman yang sedang membentuk bunga. Jenis tanaman yang diserang seperti Brassica, Kubis, Sawi, Petsai, dan Lobak, dan termasuk hama migran. Ciri-ciri dan biologi hama:
a. Bentuk telur pipih dan menyerupai genteng rumah, diletakan secara berkelompok pada permukaan daun kubis sebelah bawah.
b. Ulat (larva) berwarna hijau dan bergaris hijau muda pada punggunggnya serta warna kuning pada bagian sisi perut. Ukuran ulat mencapai panjang ± 18 mm.
c. Pupa (kepompong) dibentuk di atas permukaan tanah.
d. Siklus (daur) hidup berlangsung selama 22-32 hari.

Cara atau media penyebarannya:
a. Ngengat Crocidolomia aktif pada malam hari dan berpindah-pindah antar-tanaman maupun antar-daerah.
b. Penyebaran dibantu dengan angin dan lalu lintas perdagangan kubis.

Alternatif pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan:
a. Non Kimiawi
- Kultur trknik, antara lain mengatur waktu tanaman yang tepat, pergiliran tanaman, melakukan tumpangsari kubis dengan tomat, bawang-daun dan jagung, serta pertanaman tanaman perangkap seperti Rape 82 atau Mustard di sekeliling kebun kubis.
- Biologi (hayati) dengan melepas parasitoid Sturmia sp. Dan Inareolata sp.
b. Kimiawi
- Dengan insektisida selektif seperti pada pengendalian hama ulat Plutella.

3. Ulat Grayak (Prodenia litura F. sinonim Spodoptera litura F.)
Nama-nama lain atau penyebabnya: Ulat Prodenia (Prodenia litura atau Spodoptera litura L.). hama ini termasuk kedalam famili Noctuidae, dan ordo Lepidoptera. Tipe mulut untuk ordo Lepidoptera adalah pengisap untuk pada saat larva adalah menggigit-mengunyah. Selain menyerang kubis, ulat grayak juga menyerang kedelai, kacang tanah, tembakau, kentang, cabai, bawang merah, dan tanaman sayuran lain. Termasuk kedalam hama migran. Ciri-ciri dan biologi hama:
a. Ngengat berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan.
b. Telur diletakan secara berkelompok di atas tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Tiap ekor kupu-kupu betina S. litura menghasilkan 25-500 butir.
c. Ulat S. litura memiliki ciri khas bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris- garis kekuningan pada sisinya.
d. Pupa dibentuk di bawah permukaan tanah.
e. Daur hidup S. litura antara 30-61 hari.

Cara atau media penyebarannya:
a. Ngengat dan larva aktif pada malam hari yang selalu berpindah-pindah tempat.
b. Penyebarluasannya dibantu oleh lintas perdagangan pertanian.

Alternatif pengendalian yang dapat dulakukan:
a. Non kimiawi
- Kultur teknik, antara lain melalui penerapan pergiliran tanaman dan penanaman secara serempak (bersamaan) dalam sehamparan.
b. Kimiawi
- Menggunakan perangkap ngengat dengan Sex Pheromone yang disebut Ugratas warna Merah untuk S litura.
- Disempror insektisida seperti Orthene 75 SP 0,1%, Tamaron 200 LC 0,2% ataupun Hostathion 40 EC 0,2%.

4. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
Nama-nama lain atau penyebabnya: ulat taneuh atau hileud orok (Sunda), uler lutung (Jawa) atau nama umum Agrotis ipsilon Hufn. Termasuk kedalam famili Noctuidae dan ordo Lepidoptera. Tipe mulut menggigit mengunyah. Waktu siang hari ulat biasanya berlindung di dalam tanah. Bila malam tiba ulat mulai keluar mencari makanan. Karena kesukaannya berada dalam tanah, dan warnanya yang menyerupai tanah, maka ulat ini disebut juga ulat tanah. Ulat ini bersifat polifagus, tanaman yang diserang tidak hanya kubis tetapi juga memakan tanaman lain seperti kapas, rosela, bunga matahar, jagung, dan tunas gladiol. Termasuk hama migran. Tipe mulut untu Lepidoptera adalah pengisap, tapi pada saat Larva atau ulat adalah penggigit. Ciri-ciri dan biologi hama:
a. Bersifat pemakan atau pemangsa segala jenis tanaman (polifag).
b. Kupu-kupunya berwarna coklat tua dan bergaris-garis serta terdapat beberapa titik putih.
c. Telur bulat kecil bergaris tengah 0,5mm, diletakkan secara tunggal atau beberapa telur pada tanaman muda, rumput liar (gulma) atau pupuk kandang.
d. Ulat berwarna coklat sampai hitam, panjang maksimal 4-5cm, dan aktif pada malam hari.
e. Pupa terbentuk di permukaan tanah, daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu selama 6-8 minggu.

Cara atau media penyebarannya:
a. Ngengat hama ini aktif pada malam hari dan dapat berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain.
b. Telur dapat terbawa sisa-sisa tanaman, rumput lair (gulma) dan lain-lain sehingga membantu penyebarluasan hama.

Alternatif pengendalian yang dapat dilakukan, oengendalian mekanis sulit untuk dilakukan. Sebab hama ini kalau siang hari bersembunyi di dalam tanah. Sebagai pencegahan dapat dilakukan pengolahan tanah sebaik mungkin sehingga tidak ada tanah yang menggumpal untuk tempat bersembunyi.
Paling efektif, penegndalian dilakukan secara kimiawi. Jenis insektisida yang dapat dipakai misalnya; Dipterex 95 SP atau Dursban 20 EC. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dan dilakukan di sekitar tanaman kubis. 

5. Ulat Jengkal (Plusia orichalcea L. Atau Chrysodeixis chalcites) 
Nama-nama lain atau penyebabnya: Hileud jeungkal atau ulat jengkal kubis, atau nama umum ilmiah) disebut Plusia orichalcea L. Atau Chrysodeixis chalcites. Termasuk kedalam famili Geometridae dan ordo Lepidoptera. Tipe mulutnya adalah menggigit-mengunyah karena penyerangan dilakukan pada saat larva atau ulat. Menyerang kubis dan termasuk hama mayor. Ciri-ciri dan biologi hama:
a. Ngengat (kupu-kupu) berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik keemasan berbentuk “Y” pada sayap depan.
b. Telur kecil berwarna agak putih, diletakan secara tunggal di atas daun kubis.
c. Ulat (larva) berwarna hijau dengan garis-garis putih di sisinya. Ciri khasnya ulat ini adalah cara jalannya seperti menjengkal.
d. Pupa (kep0mpong) dibentuk pada bagian bawah daun.
e. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berlangsung selama 18-24 hari.

Cara atau media penyebarannya:
Ngengat maupun larva aktif pada malam hari dan berpindah-berpindah tempat.

Pengendalian:
a. Non Kimiawi:
- Kultur teknik antara lain melalui pergiliran (rotasi) tanaman dan waktu tanam yang serempak.
b. Kimiawi:
- Insektisida yang efektif seperti Orthene 75 SP 0.1% atau Hostathion 40 EC 0,2%.

BACA JUGA --->

5 Cara Perbanyakan Seledri Secara Vegetatif

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.